Saya selalu tertarik dengan artikel-artikel tentang yerusalem, karena kota ini selalu menjadi sumber pertikaian di muka bumi. Saya sering menarik nafas panjang, bisakah 3 keturunan Ibrahim ini hidup rukun berdampingan di kota ini seperti yang tercermin dalam pemerintahan Umar Bin Khatab. Berikut ini artikel lain tentang kota suci 3 agama.
==========================
YERUSALEM adalah rumah satu Tuhan, ibu kota dua bangsa, kuil tiga agama, dan ia satu-satunya kota yang eksis dua kali di langit dan bumi. Inilah kota universal.
Itu karena Yerusalem adalah Kota Suci. Sebuah sejarah Yerusalem harus menjadi sebuah studi tentang alam kesucian. Frasa “Kota Suci” secara konstan digunakan untuk menggambarkan pemujaan atas kesuciannya, tapi yang benarbenar berarti adalah bahwa Yerusalem telah menjadi tempat penting di bumi untuk komunikasi antara manusia dan Tuhan. Meski Yerusalem adalah Kota Suci.
Tapi, ia selalu menjadi sarang takhayul dan kefanatikan; dambaan dan rebutan aneka kekaisaran,walau tak punya nilai strategis; rumah kosmopolitan bagi banyak sekte, dan masing-masing masih yakin kota itu hanya milik mereka; sebuah kota dengan banyak nama dan tradisi, namun masing-masing tradisi begitu sektarian sehingga mereka menihilkan pihak lain.
Ia sebuah tempat yang begitu menggoda sehingga digambarkan dalam literatur sakral Yahudi dengan ciri-ciri feminin: ia seorang perempuan hidup yang selalu sensual,cantik,tapi kadang-kadang seorang pelacur atau seorang putri yang terluka ditinggal sang kekasih. Dari semua tempat di dunia, mengapa Yerusalem? Tempat itu terpencil dari rute-rute perdagangan pesisir Mediterania; kekurangan air, terpanggang oleh matahari musim panas, menggigil oleh musim dingin, batu-batunya melepuh dan tidak nyaman dihuni.
Tapi, pemilihan Yerusalem sebagai Kota Suci karena ia telah menjadi suci begitu lama. Kesucian mengharuskan tidak hanya spiritualitas dan agama, tapi juga legitimasi dan tradisi. Seorang nabi yang membawa visi baru harus menjelaskan abadabad yang telah berlalu, sebelum dia menjustifikasi wahyunya sendiri dalam bahasa kesucian yang bisa diterima kerasulan dari wahyu-wahyu sebelumnya dan di tempat yang telah lama dipuja.
Tak ada sesuatu yang bisa membuat sebuah tempat lebih suci ketimbang kompetisi dengan agama lain. Karena Kota Suci, pertarungan pun tiada henti–– pembantaian, kezaliman, perang, terorisme,pengepungan, dan malapetaka telah menjadikan Yerusalem ajang peperangan, yang dalam kata-kata Aldous Huxley sebagai “rumah jagal agama-agama”, dalam ungkapan Flaubert sebagai “rumah kuburan”, dalam bahasa Melville sebagai “tengkorang yang dikepung oleh angkatan perang mati”, dan Edward Said mengenang ayahnya yang membenci Yerusalem karena ia “mengingatkannya kepada kematian”.
Sebagai Kota Suci, Yerusalem membutuhkan seorang penulis yang mampu mengisahkan seperti Simon Sebag Montefiore. Sejarawan terkemuka asal Inggris yang karyakaryanya laris di dunia ini menceritakan kisah Yerusalem secara kronologis, melalui cerita perang, cinta, dan pewahyuan, yang melibatkan kehidupan laki-laki dan perempuan: nabi, orang suci, raja, ratu, tentara, penakluk, penyair, petani,musisi, dan bahkan pelacur–– sosok-sosok yang menciptakan, menghancurkan, mencatat, dan memercayai keyakinan masing-masing di Yerusalem.
Di dalam buku ini disajikan beragam karakter tokoh-tokoh berpengaruh dalam sejarah dunia: dari Daud sampai Yesus dan Muhammad; dari Sulaiman al-Qanuni dan Shalahuddin al-Ayyubi (Saladin) hingga Cleopatra, Caligula, dan Churchill; dari Izebel, Nebukadnezar, Herod, dan Nero di zaman kuno hingga Kaiser, Disraeli, Mark Twain, Rasputin, dan Lawrence dari Arabia di masa modern.
Dan dari kelahiran Yudaisme, Kristen, dan Islam hingga konflik Palestina- Israel. Inilah epos sejarah 3.000 tahun ihwal kesucian,keimanan, fanatisme, identitas, nasionalisme, pembantaian, dan koeksistensi. Menurut Simon, kronologis adalah cara terbaik untuk membawa Kota Suci itu ke kehidupan dan menunjukkan betapa kebenaran-kebenarannya yang rumit dan tak terduga adalah hasil dari perjalanan sejarahnya, yang dimulai dari 5000 SM sampai sekarang, meski dia mengakhiri penulisan buku ini pada 1967, karena Perang Enam Harilah yang pada dasarnya menciptakan situasi hari ini dan memberikan sebuah titik yang menentukan.
Simon yakin, hanya dengan narasi kronologis seseorang dapat menghindari anganangan untuk melihat masa lalu dengan obsesi masa kini. Dalam menulis buku masterpiece ini, Simon berhasil mempertahankan ketidakberpihakan.
Hari Minggu kemarin, secara mendadak teman saya dari Tokyo berkunjung ke dorm. Sambil menikmati siomay eksperimen saya, dia bercerita banyak hal. Salah satunya adalah tentang limpahan barang teman-teman seapartemennya yang pulang ke Indonesia, dan sekarang menggunung di kamarnya. Ia bertanya pada oyasan (Ibu pemilik kontrakan),
Teman (T): oyasan, kalau membuang TV, rice cooker, dan sebagainya gimana caranya?
Oyasan (O): Beli dulu stikernya di Seiyu (toserba) lalu tempel dan taruh di tempat sampah sesuai jadwal
T: Berapa harga stikernya oyasan?
O: Sekitar 3 ribu-an mungkin ya….
T: Kalau misalnya malam-malam pas sepi ditaruh begitu saja di tempat sampah terus kita tinggal pergi gimana?
O: …. Lalu buat apa anda bersembahyang setiap hari?
Teman saya langsung terdiam seribu bahasa. Saya yang mendengar ceritanya seakan tidak mampu berkata-kata lagi. Tidak bisa tertawa. Tidak bisa mengolok. Terperangah begitu dalam atas jawaban jitu Sang Oyasan.
Bahkan hingga keesokan harinya, percakapan itu begitu terngiang-ngiang di kepala saya. “Lalu buat apa anda sembahyang?” Ohhhh… kata-kata itu memenuhi otakku, hatiku, dan segenap relung sendi-sendiku. Buat apa aku sembahyang?! Sholat?!
Seorang teman yang lulusan pesantren berkata, “Katanya kalau sholat kita tidak seperti sholat sahabat yang tidak merasa sakit saat panah yang tertancap di tubuhnya di cabut, artinya sholat kita belum apa-apa! Sholat itu intinya mencegah perbuatan keji dan mungkar! Selama kita sholat, tetapi masih juga melakukan perbuatan yang keji dan mungkar, artinya kita itu sebenarnya belum sholat”
MasyaAllah….. ayat itu sesungguhnya sudah sering kita dengar sejak SD, bahkan tertempel di mana-mana, di dinding mushola sekolah, surau, langgar, masjid, dan sebagainya. Sholat itu mencegah perbuatan keji dan mungkar!! Karenanya aku pernah mendengar bahwa diantara orang-orang yang sholat itu ada orang yang sholat tapi tidak lebih dari sekedar jungkat-jungkit dan bertepuk tangan. Mungkin ini yang dimaksud plesetan sembahyang; sembah sambil goyang!! Tidak ada ruh disana!
Masya Allah…. bagaimana nasib sholatku selama ini?!
Meski demikian, bukan berarti tulisan ini menganjurkan kita tidak perlu sholat bila merasa diri ini masih melakukan pekerjaan keji dan mungkar. Sholat itu seyogyanya menjadi kebutuhan, cleaner ruh agar senantiasa tercerahkan. Terus terang, selama ini saya merasa melakukan sholat sebagai penggugur kewajiban, belum merasa butuh. Kalau memang saya sedang berada di situasi sangat buruk, pedih, sendiri, dan ingin menjerit mencurahkan hati maka saya akan sholat sepenuh hati. Tetapi, lagi-lagi ini tak bertahan lama karena esok juga terlupa kala terbuai keelokan dunia.
Astaghfirullah hal`adzim ….
Alangkah indahnya perasaan sahabat yang bisa khusyuk menjaga sholat. Bisakah sholat terimplementasi di kehidupan sehari-hari?! Sesungguhnya inilah tantangan terbesar dari sholat!!
Tahukah Anda negara mana yang kualitas pendidikannya menduduki peringkat pertama di dunia?
Finlandia. Negara dengan ibukota Helsinki (tempat ditandatanganinya perjanjian damai antara RI dengan GAM) ini memang begitu luar biasa. Peringkat 1 dunia ini diperoleh Finlandia berdasarkan hasil survei internasional yang komprehensif pada tahun 2003 oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Tes tersebut dikenal dengan nama PISA (Programme for International Student Assesment) mengukur kemampuan siswa di bidang Sains, Membaca, dan juga Matematika.
Hebatnya, Finlandia bukan hanya unggul secara akademis tapi juga menunjukkan unggul dalam pendidikan anak-anak lemah mental.
Ringkasnya, Finlandia berhasil membuat semua siswanya cerdas. Lantas apa kuncinya sehingga Finlandia menjadi Top No 1 dunia?
Dalam masalah anggaran pendidikan Finlandia memang sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara di Eropa tapi masih kalah dengan beberapa negara lainnya. Finlandia tidaklah menggenjot siswanya dengan menambah jam-jam belajar, memberi beban PR tambahan, menerapkan disiplin tentara, atau memborbardir siswa dengan berbagai tes. Sebaliknya, siswa di Finlandia mulai sekolah pada usia yang agak lambat dibandingkan dengan negara-negara lain, yaitu pada usia 7 tahun, dan jam sekolah mereka justru lebih sedikit, yaitu hanya 30 jam perminggu. Bandingkan dengan Korea, ranking kedua setelah Finlandia, yang siswanya menghabiskan 50 jam perminggu.
Apa gerangan kuncinya?
Ternyata kuncinya terletak pada kualitas guru. Di Finlandia hanya ada guru-guru dengan kualitas terbaik dengan pelatihan terbaik pula. Profesi guru sendiri adalah profesi yang sangat dihargai, meski gaji mereka tidaklah fantastis. Lulusan sekolah menengah terbaik biasanya justru mendaftar untuk dapat masuk di sekolah-sekolah pendidikan, dan hanya 1 dari 7 pelamar yang bisa diterima. Persaingannya lebih ketat daripada masuk ke fakultas hukum atau kedokteran!
Jika negara-negara lain percaya bahwa ujian dan evaluasi bagi siswa merupakan bagian yang sangat penting bagi kualitas pendidikan, Finlandia justru percaya bahwa ujian dan testing itulah yang menghancurkan tujuan belajar siswa. Terlalu banyak testing membuat kita cenderung mengajarkan kepada siswa untuk semata lolos dari ujian, ungkap seorang guru di Finlandia.
Pada usia 18 th siswa mengambil ujian untuk mengetahui kualifikasi mereka di perguruan tinggi dan dua pertiga lulusan melanjutkan ke perguruan tinggi.
Siswa diajar untuk mengevaluasi dirinya sendiri, bahkan sejak Pra-TK!
Ini membantu siswa belajar bertanggungjawab atas pekerjaan mereka sendiri, kata Sundstrom, kepala sekolah di SD Poikkilaakso, Finlandia.
Siswa didorong untuk bekerja secara independen dengan berusaha mencari sendiri informasi yang mereka butuhkan. Suasana sekolah sangat santai dan fleksibel. Adanya terlalu banyak komando hanya akan menghasilkan rasa tertekan, dan mengakibatkan suasana belajar menjadi tidak menyenangkan.
Kelompok siswa yang lambat mendapat dukungan intensif. Hal ini juga yang membuat Finlandia sukses.
Berdasarkan penemuan PISA, sekolah-sekolah di Finlandia sangat kecil perbedaan antara siswa yang berprestasi baik dan yang buruk dan merupakan yang terbaik menurut OECD. Remedial tidaklah dianggap sebagai tanda kegagalan tapi sebagai kesempatan untuk memperbaiki. Seorang guru yang bertugas menangani masalah belajar dan prilaku siswa membuat program individual bagi setiap siswa dengan penekanan tujuan-tujuan yang harus dicapai, umpamanya: Pertama, masuk kelas; kemudian datang tepat waktu; berikutnya, bawa buku, dlsb. Kalau mendapat PR siswa bahkan tidak perlu untuk menjawab dengan benar, yang penting mereka berusaha.
Para guru sangat menghindari kritik terhadap pekerjaan siswa mereka. Menurut mereka, jika kita mengatakan “Kamu salah” pada siswa, maka hal tersebut akan membuat siswa malu. Dan jika mereka malu maka ini akan menghambat mereka dalam belajar. Setiap siswa diperbolehkan melakukan kesalahan. Mereka hanya diminta membandingkan hasil mereka dengan nilai sebelumnya, dan tidak dengan siswa lainnya.
Setiap siswa diharapkan agar bangga terhadap dirinya masing-masing. Ranking hanya membuat guru memfokuskan diri pada segelintir siswa tertentu yang dianggap terbaik di kelasnya.
sumber: http://www.fimadani.com/negara-dengan-kualitas-pendidikan-terbaik-di-dunia/
Baru membaca sebuah video dari facebook teman tentang bahaya fluoride dan aspartame. Selengkapnya bisa dilihat
Juga tentang minuman sejuta umat; coca cola dan mentos yang aduhhh tak kalah mengerikannnya atau
Lebih baik tidak usah minum pepsi dan coca cola biar giginya ngga keropos seperti
“Dan berkatalah setan tatkala perkara (hisab) telah diselesaikannya, ‘sesungguhnya Allah telah menjanjikan kepadamu janji yang benar, dan aku pun telah menjanjikan kepadamu tapi aku menyalahinya. Sekali-kali tidak ada kekuasaan bagiku terhadapmu, melainkan (sekadar) aku menyeru kamu lalu kamu mematuhi seruanku, oleh sebab itu janganlah kamu mencerca aku, akan tetapi cercalah dirimu sendiri. Aku sekali-kali tidak dapat menolongmu dan kamu pun sekali-kali tidak dapat menolongku. Sesungguhnya aku tidak membenarkan perbuatanmu mempersekutukan aku (dengan Allah) sejak dahulu.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu mendapat siksaan yang pedih” (Qs. Ibrahim [14]:22)
See?! Betapa ia mengucurkan kenikmatan semanis madu saat di dunia, membuat berbagai justifikasi agar kita mengikutinya dengan berbagai cara. Tetapi saat hari perhitungan itu tiba, dia mengaku dengan sebenar-benarnya bahwa janjinya palsu. Dasar setan!! Huhhh setan!!! Namanya juga setan, bisanya cuman menjerumuskan! Aku benci setaaaaannnn!!!! Enyah kau setan!!
Tapi bentuk setan di muka bumi ini manis sekali. Sungguh merayu madu dia. Dengan berbagai wajah cantik yang menggoda, ia menyerupai makhluk yang menjadi kelemahan dasar setiap manusia. Ia berupa kekayaan bagi orang yang gila harta. Ia berupa perempuan aduhai bagi orang yang memuja kecantikan. Ia berupa prestise bagi orang yang gila hormat. …. Jatuh-jatuhnya menjadikan manusia pada penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati).
Masya Allah, Engkau telah membocorkan janji palsu setan yang akan ia akui di hari akhir nanti. Tetapi masih banyak dari diri ini yang sering tergelincir mengikuti bujuk rayunya. Tolonglah kami ya Allah, lindungilah kami dari hasutan setan dengan berbagai rupa bentuknya… (***)
Akhirnya semalam aku membeli sebuah buku agenda baru. Sungguh sebuah hal yang lucu membeli buku agenda baru di tanggal 28 Januari, dimana setiap orang biasa membelinya di penghujung akhir tahun.
Aku terpaksa membelinya, karena aku malu menuliskan semua jadwal dan agenda dalam i-phone! silahkan bilang kampung, gaptek dan sebagainya, tapi alasan sebenenarnya bukanlah karena aku tak mampu menggunakan gadget smartphone tercanggih di era ini. Adalah profesorku ketika mendiskusikan jadwal bimbingan dengan mimik terkejut berkata “ahhh kakko ii, subarashii. atarashii?” Apa anehnya dibilang, “wah keren. hebat. baru?!” hmmm itu tidak akan berarti apa-apa bila kamu bukan penerima beasiswa sebuah pemerintah yang negaranya mengalami krisis hebat, dilanda musibah dahsyat, mengalami kegoncangan masalah jaminan sosial yang menuntut kenaikan pajak hingga 17%, dan kamu masih bisa-bisanya memamerkan gadget yang bahkan profesormu merasa tidak perlu untuk memakainya.
“mmm…. sensei ini buat merekam kuliah…”kataku lirih mengemukakan pembelaan. Ya, karena IC-Recorder yang kubeli tidak mampu menghasilkan kualitas rekaman yang luar biasa maka dengan berat hati aku mem-pensiunkan benda itu meskipun ia baru mengabdi padaku beberapa bulan lamanya. Benda itu tak mampu merekam kuliah dosen dari jarak lebih dari 5 meter. Padahal bila kelas besar dengan mahasiswa 100-200 orang duduk di depan adalah sesuatu yang paling alergi kulakukan. Sebagai mahasiswa asing dengan berbagai keterbatasan yang tidak bisa disamakan dengan native, merekam kuliah adalah sebuah strategi yang sangat membantu, khususnya bila bidang ilmu kita adalah bisang sosial. Inilah fungsi terbesar i-phone yang ingin aku maksimalkan. Bahkan duduk di barisan paling belakang pun, asal tidak ada yang berisik, kuliah 1,5 jam `maru-maru` utuh bisa terekam dengan kualitas suara yang prima. Bagaimana aku tidak jatuh cinta pada apple ciptaan Steven Job ini?!
Tapi, bagiku terlalu berat rasanya ketika sensei berbicara dengan membuka buku agenda dan aku mengeluarkan i-phone. Semakin bulat pula keputusanku untuk kembali ke peradaban semula; memakai pulpen dan kertas dan bukannya layar sentuh. Kelak kalau aku sudah tidak berhutang ke negara ini, mungkin aku akan merasa tidak terlalu berdosa menenteng berbagai gadget yang tidak dibeli dengan hasil keringat mereka membayar pajak… (***)