Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

follow http://dahlaniskan.wordpress.com/ jadi membuat saya agak sedikit peka terhadap masalah listrik. Khususnya sejak bulan kemarin listrik saya melonjak 2 kali lipat. Pemakaian AC adalah salah satu penyebabnya, tetapi TEPCO memang sudah mengumumkan adanya kenaikan listrik, jadi mau tidak mau kenaikan harga listrik adalah sesuatu yang tidak dapat dihindarkan.

Musibah meledaknya PLTN Fukushima, tak pelak membuat banyak rakyat Jepang yang trauma terhadap PLTN. Bahkan di sela-sela bimbingan paper pun, sensei saya berkali-kali mengeluhkan ‘kebodohan Jepang’ memakai nuklir sebagai pembangkit tenaga listrik. Dan saya cuma bisa menjawab “PLTN kan memang membuat harga listrik menjadi murah sensei. Apalagi Jepang pemakai listrik yang gila-gilaan. Pemakaian listrik Indonesia yang total luasnya 5 X lipatnya Jepang saja cuma sekitar 30 % nya Jepang” hmmm… lagi-lagi komentar di atas adalah hasil nyontek blog-nya pak Dahlan Iskan.

Jepang miskin energi, adalah rahasia umum. Membicarakan sumber energi masing-masing, terkadang membuat rasa putus asa beberapa teman Jepang dengan berkomentar “Nihon wa owari kana?” (Jepang akan berakhir  kali ya?). Untunglah  wacana mengalihkan nuklir ke panas bumi sebagai pengganti energi alternatif mulai digalakkan. Beritanya selengkapnya dapat dilihat disini.

Ternyata Jepang memiliki sumber panas bumi terbesar ketiga di dunia setelah Amerika dan Indonesia. Akan tetapi, dari sekian banyak sumber energi panas bumi, listrik yang dihasilkan hanya memenuhi sekitar  0,3%  dari jumlah keseluruhan pasokan listrik di Jepang. Kendalanya ada 2, yaitu onsen (pemandian air hangat) dan taman nasional. Daerah gunung api biasanya sudah dimanfaatkan sebagai onsen, dan sebagai salah satu ikon Jepang banyak orang khawatir keberadaan pembangkit listrik akan mematikan pariwisata onsen. Disamping itu, lokasi sumber panas bumi biasanya terdapat di taman nasional (kokuritsu koen) yang dilindungi oleh negara sehingga untuk bisa ‘menyentuh’ lokasi tersebut membutuhkan ijin penelitian yang luar biasa ketat dari pemerintah.

Saat ini penelitian tentang energi PLTGeothermal cukup mendapat angin dengan adanya krisis energi di negeri ini. Apalagi diprediksikan di tahun 2030 listrik hasil PLTGeothermal dan tenaga angin bisa jadi akan lebih murah dibanding PLTN. Dibandingkan dengan gas alam, batu bara, minyak bumi? Ohhh jangan ditanya lagi! Dengan semakin mahalnya minyak dunia, harga listrik dengan pembangkit dari bahan fosil akan selangit mahalnya! Karena itu, wacana bahwa PLTGeothermal tidak membahayakan (bahkan bisa bersahabat) dengan onsen sebagai pariwisata sedang gencar-gencarnya dilakukan, dan pemerintah Jepang sedang serius mengkaji ‘kesucian’ taman nasional agar bisa dijamah oleh peneliti-peneliti PLTGeothermal demi menyelesaikan krisis listrik.

Gerakan anti PLTN di Jepang sebenarnya telah ada sejak tahun 1970-an. Saat itu mereka sama sekali tidak digubris.  Selebaran-selebaran protes mereka di tahun itu dirilis kembali sehubungan dengan terjadinya insiden PLTN Fukushima.

Saya tidak begitu mengerti listrik dan tidak mengerti nuklir. Juga bukan seorang anti PLTN. Hanya saja, melihat Indonesia -serpihan surga yang jatuh ke bumi- dikaruniai sumber energi gas alam, panas bumi, air, angin, matahari, dll yang melimpah ruah kok ya mau keren-kerenan membuat PLTN yang sekarang sedang gencar-gencarnya ditinjau ulang. Prancis dan beberapa negara Eropa pun kabarnya bahkan menghentikan beberapa PLTN mereka. Ngenes rasanya, yang resikonya lebih kecil belum dimaksimalkan pemanfaatannya, malah mau menantang bahaya. Penelitian Nuklir sih boleh-boleh saja, tapi jangan tergesa-gesa mau membuat PLTN dong kalau belum khatam riset dan AMDAL-nya. Apalagi sebagaimana Jepang, Indonesia pun berada di kawasan cincin api yang rawan gempa dan tsunami.

Saya berhutang banyak kepada dua negera. Karenanya sungguh saya berharap Indonesia dan Jepang akan segera menemukan jalan untuk mengatasi krisis listrik; hal vital yang menjadi denyut nadi kemajuan anak negeri!